Kamis, 30 Agustus 2012

PERBEDAAN PERSEPSI ARSITEK PURBAKALA DENGAN MODERN DALAM ARSITEKTUR

Ada sebuah teori matematika kuno yang belakangan ini disebut "hyperspace" yang dapat dijelaskan secara sederhana tentang 'Dimensi Ruang' yang mengatakan dimensi ruang itu tidak hanya 3 atau 4, tetapi "N" dimensi yang masing-masing memberikan perspeksitf tersendiri.

Bagaimana para arsitek mengamati 'Dimensi Ruang' ini ?  Ini dapat dibaratkan seperti ikan-ikan hidup di dalam samudra dengan panorama yang indah ( Shui ). Sebuah dimensi ( air ) yang dapat diteliti dan disadari kita, namun tidak dapat disadari oleh para ikan yang hidup di dalam air tersebut. Ikan-ikan itu tidak sadar bahwa mereka hidup di dalam sebuah alam yang berisi dengan air, inilah dunia mereka yang mereka harus terima begitu saja.

Manusia dan makhluk lainnya hidup dalam dimensi ruang seperti ikan, tetapi dalam dimensi yang berisikan " Udara " ( Feng ). Suatu gradasi QI yang lebih halus dari QI air, namun masih berhubungan dengan air, kombinasi ini menjadi Feng Shui. Karena dalam air ada udara demikian sebaliknya.

Kembali ke persoalan dunia ikan-ikan tersebut. Para ikan itu merasa sebagai satu-satunya makhluk yang berkuasa dan berperadaban dalam dunia arsitektur samudranya.

Namun ketika tiba-tiba ada  seekor ikan lumba-lumba itu melompat tinggi keluar dari dalam samudra. Ia sangat terkejut ketika ikan itu berada dalam  alam dimensi udara ( manusia ). Kemudian  ikan-ikan itu baru mengetahui dan menyadari bahwa Ia hidup dalam alam air dan baru menyadari bahwa ia berasal dan berada dalam air .

Kini ikan itu baru tahu bahwa ada alam  energi lain selain air yang jauh lebih luas dan ada medium penopang kehidupan yang lebih luas dari air. Dan mereka hidup juga tergantung dari alam mereka. Kebanyakan sampai disinilah batas akhir dari pengamatan atau pandangan para arsitek modern untuk dimensi ruang.

HYPERSPACE

Sementara itu, ketika mereka menlihat keberhasilan manusia mencoba menembus angkasa dan meluncurkan pesawat antariksa ke luar orbit. Seperti ikan-ikan tadi, manusia baru sadar bahwa ia hidup dalam dunia ini dan menyadari bahwa manusia ada dan berasal dari bumi ini.

Manusia melihat bahwa ada alam kehidupan yang lebih luas tak berbatas melebihi dimensi udara di luar sana. Medium Wu Ci - 'Kehampaan Kuantum' ( tanpa udara ).

Kalau ikan tadi dapat melihat ada manusia sebagai makhuluk cerdas dan berakal di dimensi dunia udara ini ketika ia melompat ke luar dari dalam air.

Manusia melihat  di sana ada "Kecerdasan" dari bintang-bintang dan planet-planet, komet, supernova, ada matahari dan bulan yang menopang kehidupan mereka. Kemudian manusia mengontekstualisasi-ulang situasi yang mula-mula dan mentranformasikan pandangannya tentang ada suatu 'Realitas' yang kemudian mereka sadari sebagai kekuatan univesal (QI ).

Jadi, tanpa sesekali melompat keluar dari dimensi udara ini, maka kita akan menjadi bodoh secara spiritual maupun emosional dan inteligencial.

Manusia dan segala makhluk ada dalam 'Hyperspace' ini. Dimensi Ruang yang mengandung QI Universal tanpa batas dimana kehidupan manusia sangat pengaruhi oleh fluktuasi dan polarisasinya ( Yin-Yang ) sampai ke dimensi alam air
di dalamnya oleh sebuah kekuatan TAO.

Fluktuasi dan polarisasi ini telah diteliti dan diuji coba selama ribuan tahun di negeri Tiongkok yang kemudian membuahkan prinsip-prinsip TAO yang menjadi dasar praktik Feng Shui. Mereka sejak purba telah menyadari keberadaan mereka dalam dimensi 'Hyperspace' ini. Arsitektur purbakala dibangun dengan konsep sampai ke Dimensi Hyperspace ini.
(Sumber : archigiotec)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar